Uncategorized

Menjelajahi Sejarah Kota Tua di House of Sampoerna

menjelajahi-sejarah-kota-tua-di-house-of-sampoerna

Menjelajahi Sejarah Kota Tua di House of Sampoerna. Pada akhir November 2025, kawasan Kota Tua Surabaya kembali menjadi magnet bagi para pencinta sejarah dan wisatawan yang haus akan cerita masa lalu. Di tengah hiruk-pikuk kota modern, bangunan berarsitektur kolonial Belanda yang megah ini berdiri sebagai saksi bisu perjalanan waktu. Terletak di Jalan Taman Sampoerna No. 6, Krembangan Utara, situs ini bukan hanya relik arsitektur, tapi juga jendela menuju era industri awal abad ke-20. Kini, dengan peningkatan kunjungan wisatawan domestik sebesar 15 persen sepanjang tahun ini, eksplorasi sejarah di sini terasa semakin relevan. Ia mengajak kita merenungkan bagaimana sebuah panti asuhan sederhana bertransformasi menjadi pusat produksi ikonik, mencerminkan ketangguhan warga Surabaya di tengah kolonialisme dan pasca-kemerdekaan. BERITA BOLA

Latar Belakang Sejarah Bangunan: Menjelajahi Sejarah Kota Tua di House of Sampoerna

Bangunan ini lahir pada 1862 sebagai Jonges Weezen Inrichting, panti asuhan untuk anak yatim piatu laki-laki yang dikelola pemerintah Hindia Belanda. Awalnya, ia menjadi tempat perlindungan bagi korban kemiskinan kolonial, dengan desain sederhana yang menampung ratusan anak. Pada 1912, panti dipindah ke Embong Malang, meninggalkan gedung kosong hingga 1932, ketika Liem Seeng Tee, seorang imigran Tionghoa yang ulet, membelinya. Ia mengubahnya menjadi pabrik rokok pertama, memanfaatkan gudang besar untuk pengolahan tembakau dan cengkeh. Dari sini, produksi rokok kretek mulai berkembang, mempekerjakan ribuan pekerja lokal dan menjadi tulang punggung ekonomi keluarga pendiri. Bangunan bergaya kolonial dengan empat pilar raksasa berbentuk batang rokok ini, yang dicat abu-abu seperti benteng, kini tetap berfungsi sebagai fasilitas produksi sambil menjaga warisan sejarahnya.

Transformasi Menjadi Pusat Wisata Budaya: Menjelajahi Sejarah Kota Tua di House of Sampoerna

Pada 2003, untuk memperingati ulang tahun ke-90 perusahaan, kompleks pusat direstorasi secara teliti dan dibuka untuk publik sebagai museum. Pengunjung kini bisa menyusuri galeri yang menceritakan perjalanan keluarga pendiri, dari kios kecil di Tjantian hingga pabrik raksasa. Lantai dua menampilkan proses linting rokok manual oleh pekerja perempuan terlatih, dilihat dari balik kaca transparan—sebuah pemberdayaan perempuan yang telah berlangsung puluhan tahun. Galeri seni di sampingnya sering menampilkan karya seniman lokal, sementara kafe di rumah timur—bekas kediaman keluarga—menyajikan kopi lokal dan camilan tradisional. Koleksi artefak seperti sepeda antik milik Liem Seeng Tee dan korek api vintage menambah nuansa nostalgia, membuat kunjungan ini seperti perjalanan waktu yang interaktif dan mendidik.

Kegiatan dan Resonansi Saat Ini

Di 2025, situs ini semakin hidup dengan program Surabaya Heritage Track, tur bus gratis yang menjelajahi kawasan Kota Tua. Tur pendek (1-1,5 jam) melewati Tugu Pahlawan dan PT Perkebunan Nusantara XI, sementara tur panjang (1,5-2 jam) menyusuri Tunjungan dan Gedung Kesenian Jawa Timur—jadwalnya Selasa hingga Minggu, kecuali Senin. Meski museum sempat tutup sementara pada 2024 untuk renovasi, kini ia ramai dikunjungi, terutama akhir pekan. Resonansinya terasa di kalangan wisatawan muda yang mengabadikan pilar ikonik untuk media sosial, atau keluarga yang belajar tentang industri kretek sebagai bagian budaya Jawa Timur. Kunjungan ini juga mendukung ekonomi lokal melalui toko suvenir yang menjual merchandise vintage, buku sejarah, dan lukisan khas Surabaya, sambil menjaga semangat pelestarian di tengah urbanisasi kota.

Kesimpulan

Menjelajahi sejarah Kota Tua melalui situs ini seperti membaca babak epik ketangguhan Surabaya: dari panti asuhan kolonial menjadi simbol industri nasional. Di era 2025 yang serba digital, tempat ini mengingatkan kita akan akar budaya yang tak tergantikan—di mana setiap batu bata menyimpan cerita perjuangan dan inovasi. Bagi siapa pun yang singgah, pengalaman ini bukan sekadar wisata, tapi pelajaran tentang warisan yang hidup. Semoga situs ini terus menjadi jembatan masa lalu dan masa depan, menginspirasi generasi baru untuk menghargai sejarah sambil membangun yang lebih baik.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *